Minggu, 21 Juni 2015

Hati Punya Haknya Sendiri

Kita terlalu jauh melangkah, maaf mungkin maksud ku bukan kita tapi aku lah yang sudah terlalu jauh melangkah. Melangkah ke luar, tanpa arah tujuan yang pasti.
Kenapa aku harus dipertemukan oleh dengan mu? Kenapa kamu harus masuk dalam lembaran kisah ku? Bukan hal yang mudah bagi ku, membiarkan seseorang masuk ke dalamnya. Apa yang istimewa dari diri mu? Sepertinya tidak ada.
Pernah aku membaca tulisan seseorang yang mengatakan,

Saat kau bermain terlalu jauh, saat pertemuan masih dijodohkan dengan perpisahan, saat itu akan ada hati yang tersakiti. Aku memang pernah berkata tak akan mengikut sertakan hati ku dalam permainan ini. Walaupun demikian, saat kau bermain terlalu jauh dan telah melewati batas  kau tak dapat menghindar pabila hati mu ingin ikut serta dalam permainan. Siapa yang akan tahu dengan pasti hati ini akan berbuat seperti apa ? Keinginannya selalu berubah ubah, tak mengenal ruang dan waktu. Dia selalu bertindak sesukanya. Mungkin itu alasan mengapa saat hati dipertemukan dengan logika mereka tak pernah bersatu. Mereka tak pernah seirama.
Satu yang perlu diingat adalah janganlah bermain terlalu jauh, apalagi jika kau mengikut sertakan hati didalamnya. (Diana Elmasari Indah Ramadhan)


Seperti tertampar ketika harus membacanya kembali, iya aku memang telah melibatkan hati ku dalam permainan kali ini. Bukan kali pertama aku terlibat dalam permainan ini, tapi kali ini berbeda. Dengan mu, aku melibatkan perasaan di dalamnya. Tapi bukan kah kita memang tidak pernah tahu kapan hati ini ikut bermain? Karna memang hati punya hak nya sendiri. Sekuat apapun melawan, nyatanya dia selalu menang atas kemauannya. 

Merasa bodoh karna pada akhirnya aku harus mengakui kekalahan ku untuk yang kesekian kalinya atas nama perasaan. Akhirnya pun aku mengakui perasaan ku pada mu, aku memang seperti ini akan bicara perihal apa yang dirasa. Bukan berharap rasa itu berbalas, hanya saja aku bukanlah orang yang pandai dalam menyimpan sebuah perasaan. Tapi nyatanya, tanggapan yang aku dapat dari mu berbeda dari yang kubayangkan. Kamu justru mengatakan ingin menjaga jarak dari ku, nyatanya tanpa kamu sadari aku pun telah jauh lebih dulu menjaga jarak dari mu. Kamu tau bagaimana rasanya ketika harus menekan rasa yang kian hari kian meledak minta di keluarkan ke si empunya? Tidak nyaman, menyiksa. Itu alasan ku mengutarakan semuanya pada mu, tidak ada maksud lain. Hanya demi kenyamanan diri ini.

Kata mu, semua yang terjadi kala itu tentu dengan sebab. Kamu benar, semua yang terjadi hari itu memang dengan alasan yang jelas, bukan karna kamu, bukan pula karna aku. Tapi taukah kamu, setelahnya ada perasaan yang memang tidak pernah bisa digambarkan oleh apapun. Kerap kali setelahnya, aku meminta kita untuk kembali bertemu. Namun, nyatanya kamu selalu menghindar. Kamu tau alasan ku mengajak mu kembali bertatap mata? Hanya sekadar meyakinkan perasaan ini, benar kah rasa ini? Atau hanya karna kamu yang mampu melakukannya untuk pertama kali.

Jika ada yang bertanya, apa aku menyesal karna telah dipertemukan mu? Jawaban ku untuk saat ini iya, aku menyesal karna kamu tidak sesempurna yang aku bayangkan. Menyesal karna pikiran ku tentang diri mu yang salah selama ini. Menyesal ketika semuanya yang di mulai dengan genggaman tangan harus berakhir dengan lambaian tangan. Dan karna kamu, dengan mudahnya mengatakan untuk menjaga jarak dari ku. Mungkin karna memang niat awal masing- masing dari kita bermain, tapi sayangnya salah satu dari kita melibatkan hati di dalamnya, yaitu aku.

Kamu, entah apa yang terjadi setelah hari ini. Keputusan mu untuk menjaga jarak dari ku mungkin memang keputusan yang terbaik, karna aku pun tidak ingin membiarkan diri ini berlarut- larut dalam sebuah hubungan yang tidak jelas kemana arahnya. Terlebih, aku mengerti kecintaan mu pada pasangan mu. Maaf karna diri ini pernah menjadi orang asing di dalam hubungan mu, maaf karna diri ini terlalu berani untuk menilai siapa diri mu, dan maaf karna telah jatuh cinta pada mu.

Jumat, 01 Mei 2015

Tetaplah di sisi hingga akhir nanti, kuharap begitu



Menginjak tahun ke 9 mengenal sosok dirinya. Tepat di tahun ketiga baru bisa menjadi teman dekat seutuhnya digedung tua. Artinya, 6 tahun sudah menghabisi waktu bersamanya. Susah, senang dilalui bersama. Mungkin lebih banyak tawa awalnya yang dilalui, pada akhirnya ada duka yang membuat diri menjaga jarak dari nya. Cukuplah hal itu letaknya dibelakang, tak perlu lagi diungkap.
Mungkin aku lah yang beruntung bisa memiliki dirinya sebagai sahabat. Aku lah yang lebih sering menyusahkan dirinya, aku lah yang lebih sering menuntut dirinya untuk menerima semua kekurangan ku tanpa mau tau bagaimana perasaannya atas sikap ku kepadanya. Dia lah yang selalu mengalah atas segala sifat buruk ku yang kerap kali membuat orang disekitar ku benci pada ku, tapi tidak dengan dirinya. Dirinya masih berdiri disisi ku hingga saat ini. Tidak terhitung berapa kali dia harus bersabar menghadapi sifat kekanakan ku.
Mungkin benar jika ada yang mengatakan aku hanya memiliki satu orang sahabat. Aku bukan lah orang yang mudah untuk menerima orang baru dalam hidup ku, aku bukanlah orang yang mudah menceritakan kisah ku, tidak akan mudah pula membiarkan orang baru mengetahui segala kekurangan ku. Cuma dia, tempat aku mengadu selain Tuhan dan keluarga. Tanpa melupakan beberapa teman dekat ku yang lain. Tapi memang dia lah yang paling mengerti diri ini, melebihi diri ku sendiri.
Benar kata orang, sahabat bagaikan bintang yang sewaktu- waktu mungkin dia tidak terlihat tapi sebenarnya dia ada. begitulah sosoknya, dirinya tak pernah membiarkan aku benar- benar sendiri. Seolah memang dia selalu memperhatikan ku dari kejauhan, dia mengerti air mata ku bahkan sebelum air mata itu menetes. Dia mengerti alasan ku untuk tersenyum, bahkan sebelum aku melontarkan alasannya.
Tuhan, boleh kuucapkan terimakasih padaMu karna telah menyisipkan dirinya didalam kisah ku? Boleh ku pinta dariMu, jadikan hidupnya bahagia melebihi bahagia yang aku punya? Boleh ku pinta dariMu, jadikan sedihnya adalah ladang kebahagiannya dimasa yang akan datang? Boleh ku pinta dariMu, jadikan lelahnya adalah tabungan kesuksesan dirinya?
Tuhan, kali ini hanya satu pinta ku. Biarkanlah dia tetap berada di sisiku hingga akhir nanti. Karna, aku yakin tidak akan lagi kutemukan seseorang seperti dirinya yang putih hatinya.
Terimakasih kamu, yang selalu berada di sisi tanpa perduli seberapa buruknya diri ini.

Rabu, 14 Januari 2015

Masih Tentang Kamu


Bukan perihal mudah melupakan seseorang yang banyak memberikan hal baru yang sama sekali belum pernah terbayang sebelumnya. Terlebih orang tersebut memang orang pertama yang mampu mengubah diri menjadi lebih baik. Terdengar klise memang tapi nyata adanya. Seseorang yang mampu mengajarkan melihat hal dengan cara yang berbeda, bukan hanya menggunakan mata, atau lensa kamera. Tapi dengan cara yang memang tidak pernah terduga sebelumnya. Mampu merubah sifat buruk menjadi kebalikannya tanpa memerintah, dia punya caranya sendiri. Hingga tersadar bahwa semua yang dilakukannya tidak lain demi kebaikan sendiri. Tanpa merasa diperintah, diri ini merubah sedikit demi sedikit.



Melupakan seseorang yang telah memberikan kesan yang baik sama halnya mencoba membenturkan kepala ke tembok berharap lupa ingatan, dan dengan mudahnya membuang kenangan yang ditulis oleh dirinya. Sia- sia, semua hal akan sia- sia ketika memaksakan diri untuk melupakan semuanya. semua justru akan kembali terkenang ketika mencoba untuk membuangnya. Semua justru akan kembali muncul ke permukaan ketika mencoba untuk menenggelamkannya.  Hal itu aku rasakan semenjak akhirnya genggaman itu terlepas.  Genggaman tangan seorang pria yang mengajarkan aku begitu banyak hal, mengajarkan aku bahwa kemarau akau berganti dengan musim penghujan, mengajarkan aku bahwa setiap pertemuan akan ditakdirkan dengan perpisahan, mengajarkan aku bagaimana menyembunyikan perasaan didepan orang banyak, mengajarkan aku apa arti ikhlas sesungguhnya.



Kamu, memang seseorang yang tidak pernah aku kenal sebelumnya tapi entah kenapa justru kamu lah orang yang memberikan pelajaran yang teramat.



Kamu, memang seseorang yang pernah menjadi bagian dalam buku ku. Tapi, entah kenapa masih tetap kamu tokoh utama dalam ceritaku.



Kamu, memang seseorang yang pernah menggenggam tangan ini. Tapi entah kenapa ketika genggaman itu terlepas, aku masih merasakan genggaman tangan mu.



Dan kamu, sepertinya akan  menjadi penghuni tetap dalam ruang dihati.

Minggu, 04 Januari 2015

Perubahan Akan Selalu Ada

Layaknya bayi yang baru dilahirkan, waktu akan memaksanya berubah menjadi sosok manusia yang hari demi hari akan mengalami perubahan. Baik perubahan secara fisik maupun psikis. Tidak ada satu orang pun yang bisa menghindari perubahan- perubahan itu. Terlepas apa kah nantinya perubahan itu akan ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Tapi kita masih bisa menentukan ke arah mana perubahan itu akan terjadi. Ibarat sebuah mobil kamu lah yang memegang kendali kearah mana mobil itu akan berhenti.
Aku menulis ini karena secara tiba- tiba aku rindu masa yang telah dihabiskan beberapa tahun silam, lebih tepatnya masa dimana aku menjadi seorang siswi salah satu Sekolah Menengah Atas. Masa SMA ku salah satu masa ‘hebat’ diantara masa- masa yang lain. Disana aku menemukan sahabat, musuh, pacar, teman, kebencian, cinta, kemunafikan, dan semuanya terbungkus rapi didalam satu folder bernama “drama”.
Haaaaaahhhh aku rindu mengenakan seragam putih abu- abu ini
foto yang diambil ketika ada di tingkat ketiga, didepan kelas XII IPA 2. jangan tanya siapa yang dibelakang :)

Aku rindu dimana satu sama lain tidak ada perbedaan, semuanya menggunakan seragam yang sama. Hanya satu yang membedakan, apakah kamu termasuk salah satu murid yang dapat mengambil perhatian senior atau bukan. Di SMA, kalau bisa kenal atau dekat dengan senior bisa menjadi bahan pembicaraan satu sekolah. Terlebih jika kamu adalah junior tingkat pertama yang baru saja memasuki sekolah. Masa MOS adalah masa dimana para senior mencari junior yang menurut mereka menarik dan bisa dijadikan kekasih atau bahkan hanya sekadar dekat. Masa dimana para junior pun sebisa mungkin mencari perhatian dari para senior, maklum namanya juga “ABG”. Siapa yang tidak excited ketika harus melepaskan seragam putih biru dan berganti dengan putih abu- abu, kala itu pun aku berfikiran akan merasakan masa yang jauh lebih seru dibandingkan dengan masa putih biru ku. Dan nyatanya, memang benar adanya. Di fase ini, kebanyakan akan mencoba mencari jati diri nya. Akan mencoba segala sesuatu hal yang baru, akan bertemu dengan orang- orang baru lagi, dan tentunya akan menciptakan ‘kisah’ yang baru. Setelah masa MOS, pastinya akan ada yang namanya ‘geng’ dalam satu kelas. Dan hanya mereka yang popular yang ‘geng’ nya akan menjadi pusat perhatian seisi sekolah.
Kala SMA, aku bukan termasuk anak yang popular disekolah. Teman satu angkatan pun mungkin tidak banyak yang mengenal ku, dan mungkin mereka hanya tau wajah ku tanpa tau nama ku. Di tingkat pertama, aku mencoba menenggelam kan diri dalam Organisasi Intra Sekolah. Aku sering melihat di tayangan film- film jika menjadi anggota osis sepertinya nilai plus di masa SMA, tapi ketika aku masuk kedalamnya tidak ada yang berbeda, semuanya sama saja. Hanya saja, lingkup pertemanan semakin bertambah. Bahkan, bisa kenal dengan para senior maupun alumni. Tidak dipungkiri, aku pun menemukan cinta ketika aku menjadi salah satu anggota osis. Menjadi salah satu anggota osis pun membuat diri mau tidak mau terlibat dalam kegiatan sekolah. Ini salah satu kegiatan sekolah yang sempat aku ikuti, karna ketika di tingkat kedua aku memutuskan untuk keluar dari keanggotaan.
foto ketika MOS buat para junior, semacam peresmian hari pertama MOS dimulai dengan pelepasan balon ke udara

  
Ditingkat kedua, aku menemukan teman yang sesungguhnya. Menemukan mana teman yang munafik mana yang bukan. Menemukan mana yang benar cinta mana yang hanya sekadar suka. Mengalami yang namanya susah mempertahankan pertemanan ketika harus dipisahkan atas nama jurusan. Tingkat kedua, semuanya akan terpisah. Ada yang masuk jurusan IPA, atau IPS. Keduanya sama saja, punya nilai lebih masing- masing dibidangnya. Sayangnya, stigma yang melekat anak IPA lebih segalanya dari anak IPS, membuat ada sedikit jarak diantara keduanya. Sekolah ku mungkin termasuk kedalamnya, yang memang antara anak IPA, dan IPS tidak pernah bisa menyatu. Terlepas dari semua itu, kita sama. Aku punya beberapa teman yang berbeda jurusan dengan ku tapi kita masih bisa berteman seperti ditingkat pertama. Karna, disini lah pertemanan mu di uji. Apakah kamu benar menganggap mereka teman atau hanya sekadar kenalan yang ketika berpisah ditengah jalan akan melambaikan tangan. ini foto beberapa teman- ku yang sampai hari ini kita masih berhubungan baik.
foto ini dipinggir jalan ketika mau memberika surprise di hari ulangtahun Anin. yang mengenakan jilbab Ashila, sebelahnya Dwina, dan terakhir Lucyana

foto ini ketika perayaan ulangtahuun ketua kelas, yang berjilbab Nurul dan yang tidak Nurul Isti. aku berfoto diapit oleh duo Nurul

foto ini diambil ketika menjenguk Ibu dari Kartika di RS. Gatot Subroto. Sebelah Ashila, dia adalah Anin.

dan ini, foto ketika perayaan ulangtahun Astria yang mengenakan cardigan. Sebelah kanan Astria itu Didi, kemudian Siti dan di sisi lain dia Risya. Mereka teman dekat pertama ku di SMA

Masuk pada tingkat ketiga, tahun terakhir menikmati masa putih abu- abu. Masa dimana semua nya campur aduk jadi satu. Senang, sedih, takut, bingung semuanya dirasakan. Senang karna akhirnya akan terlepas dari pakaian seragam yang selalu dikenakan selama 3 tahun, dan akan memulai lagi lembaran baru di tempat baru tanpa harus mengenakan yang namanya seragam. Sedih karna artinya akan terpisah dengan mereka yang selalu bertemu di bawah atap yang sama, di gedung tua. Takut apakah akan lulus atau tidak, lantas setelah lulus kemana akan melanjutkan pendidikan. Apakah bisa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi negri atau swasta. Hari yang dilalui pun akan terasa lebih berat dibandingkat tingkat sebelumnya, karna ditingkat inilah semua nya akan segera dimulai. Tingkat ketiga memang tingkat terakhir di masa SMA, tapi bukan lah akhir dari masa perubahan melainkan awal dari semuanya. karna setelah lulus dari tingkat ketiga, kamu bukan lagi anak kecil yang ketika mau makan harus disediakan terlebih dahulu, kamu harus menyediakannya sendiri. Kamu akan mengerti dunia luar sesungguhnya setelah lulus. Tingkat ketiga, masa dimana tidak ada lagi jarak antara IPA maupun IPS. Kami menyatu, karna tujuan kami sama “LULUS”. Ini foto diambil untuk foto angkatan di Buku tahunan sekolah. 
foto ini melambangkan angkatan ku kala itu, angkatan 20.

Aku bersyukur karna masa SMA ku disekelilingi dengan orang- orang yang hebat, orang- orang yang memang membawa pengaruh baik bukan sebaliknya. Rasa ingin tau yang besar pada masa itu, untungnya tidak membawa diri menjadi orang yang buruk. Karna, setidaknya teman mu berpengaruh terhadap siapa kamu nantinya.

Buat kamu yang sekarang sedang menjalani masa putih abu- abu, masa penuh drama, nikmatilah semua itu. Karna, kehidupan setelah nya tidak semenyenangkan yang dibayangkan. Dan ketika kamu rindu masa itu, kamu hanya bisa mengenangnya tanpa bisa mengulanginya kembali.

Buat kalian yang masih tetap berada disisi hingga hari ini, aku tidak pernah menyesal dipertemukan oleh kalian. I Love You, Guys!

Kamis, 01 Januari 2015

Karna Aku Seorang Wanita

Hati ku memang berpintu, dia tidak berjendela. Tidak heran, jika aku tidak bisa mengintip terlebih dahulu siapa yang akan masuk kedalam hati. Siapapun berhak masuk, dengan syarat dia mempunyai kunci yang tepat untuk membukanya. Karna, aku sendiri pun tidak mempunyai kuncinya lagi. Sudah kubuang jauh- jauh kunci pintu hati ini. Bukan, bukan bermaksud menutup rapat- rapat pintu hati hanya saja aku memang tidak ingin membukanya kembali sendiri. Aku ingin orang lain yang akan membukanya, tentu bukan hal yang mudah bukan?

Terlalu naif kah diriku jika pintu itu masih tertutup hingga hari ini? Aku memang terlalu takut untuk membukanya kembali. Entah mengapa, mungkin karna terlalu sering aku mengalami siklus berkenalan- dekat- berhubungan- pisah. Aku terlalu lelah ketika hanya dijadikan sebuah persinggahan. Aku terlalu lelah ketika harus membuka hati lagi. Berkenalan dengan orang baru, menyesuaikan diri, memulai kembali dari awal, terpisah lagi, selalu begitu. Aku lelah, aku ingin berhenti merasakan siklus itu. Aku hanya ingin berdiam diri saat ini, hingga akhirnya kamu yang datang menghampiri.

Aku tidak pernah menyesali apa yang telah menjadi pilihan ku di masa lalu. Mereka yang pergi, dan menjadikan ku hanya sekadar persinggahan berhak menjemput kebahagiaannya diluar sana yang telah menunggu. Aku bukan lah kebahagiaannya. Begitu pula dengan diri ku, aku pun berhak bahagia. Tapi bedanya, aku hanya bisa menunggu kebahagiaan itu datang. Karna aku, seorang wanita.

Rabu, 12 November 2014

Terimakasih Ayah

“ayah ga pernah ngeluh kerja buat anak anak ayah, tapi kalo nilai ika jelek itu artinya ika ga kasian ngeliat ayah”

Ayah ku seorang wiraswastawan. Uang yang dia dapat setiap harinya semua tergantung atas usahanya, jika dia malas ya dia tidak akan bisa membawa pulang uang. Uang yang selama ini aku gunakan, semua hasil keringatnya sendiri. Semua hasil usaha dia di setiap harinya dari pagi bahkan hingga larut malam. Ayah ku memang keras dalam hal mendidik anak- anaknya, dia bisa marah besar ketika anak- anaknya malas untuk pergi ke sekolah. Dia tidak ingin anak- anaknya seperti dirinya yang hanya sekedar lulusan SMA saja,  dia tidak ingin kelak anak- anaknya bekerja seperti dirinya, dia ingin anak- anaknya mendapatkan lebih dari apa yang dia dapatkan sekarang. Dia ingin anak- anaknya hidup jauh lebih baik di masa depan. Perihal pendidikan, ayah sangat mendukung keinginan anak- anaknya. Hanya saja, ayah sempat terdiam ketika mengetahui keinginan ku dulu untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dengan jurusan kedokteran. Ayah tidak pernah berkata “tidak” atas pilihan ku kala itu, hanya saja kakek ku yang menasehati ku untuk memikirkan baik baik semuanya. karna bukan hanya aku yang membutuhkan biaya, kakak dan adik ku pun membutuhkannya. Secara tiba- tiba pun aku mengatakan ke ayah “ika ga jadi deh yah ngambil kedokteran, biayanya gede” ayah hanya terdiam mendengarnya. Aku mengetahui, hati kecil ayah pasti menangis karna tidak bisa menuruti keinginan putri kecilnya, tapi ayah menutupinya.

Ayah ku orang yang jarang sekali berbicara serius ke anak- anaknya. Jadi, sekalinya dia bicara serius kami hanya terdiam. Tak jarang, sudah ada bendungan air mata yang tertahan dikelopak mata.

Ayah pernah bilang,
 “semua usaha ayah, ga lain buat kebahagiaan kalian nantinya. Bukan buat ayah atau pun ibu”

Aku hanya terdiam setiap kali ayah mengatakan itu. Aku memikirkan, apa ayah masih ada ketika semua anak- anaknya bisa berdiri sendiri diatas kaki nya tanpa bantuan tangan orang lain? Apa ayah masih bisa merasakan kebahagiaan yang anak- anaknya rasakan? Apa ayah bisa berkata pada akhirnya dengan bangga “dia anak ku” ketika orang orang membicarakan tentang kesuksesan anak- anaknya kelak? Apa ayah yang akan menikahkan aku putri kecilnya? Apa ayah masih ada di akhir perjalanannya sebagai orang tua anak- anaknya?

Ayah, terimakasih karna keringat mu lah aku bisa merasakan pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Karna kekerasan tekadmu lah, yang membuat aku bertahan hingga hari ini. Karna semangat mu lah, aku masih mau berjuang demi mimpi- mimpi ku dimasa kecil. Dan karna keikhlasan mu lah, aku mampu hidup layak hingga hari ini tanpa kurang apapun.

Ayah, kelak semua yang kamu lakukan demi kami keluarga mu akan terbayarkan. Aku janji pada mu yah, semua mimpi- mimpi itu sebentar lagi akan nyata. Terimakasih, ayah.

Aku sangat menyayangi dirimu, Ayah Rajo Angek Garang :)

Sabtu, 25 Oktober 2014

Aku terlalu lelah untuk berpetualang, aku ingin menjadi rumah

Sudah tak terhitung berapa musim yang telah terlalui selama ini. Tak terhitung berapa kali aku harus menunggu sendirian di pinggir jalan, berharap akan ada seseorang yang menemani ku dan aku tidak akan merasa sendirian lagi. Aku lelah ketika harus berpetualang sendirian, dari satu tempat ke tempat yang lain. Ketika merasa tidak nyaman aku akan pergi dan mencari lagi tempat yang baru. Aku ingin sekali berdiam diri tanpa harus mencari lagi. Aku ingin menjadi rumah tempat kamu pulang, aku ingin menjadi rumah tempat kamu kembali, aku ingin menjadi rumah tempat kamu bercerita tentang harapan masa depan. Aku ingin menjadi satu satunya orang yang ingin kamu temui ketika kamu sedih maupun senang. Aku ingin menjadi satu satunya orang yang namanya akan kamu sebut disetiap doa mu selain kedua orang tua mu.
Aku harap petualangan ku berhenti di kamu, tidak akan ada lagi petualangan yang lain. Kalaupun iya, aku ingin melakukannya bersama mu. Aku punya cinta di masa lalu yang tidak akan pernah aku bunuh, dan tidak akan aku biarkan dia tumbuh. Begitu pun kamu, karna masing- masing dari kita pasti punya cinta di masa lalu yang walaupun hari berganti tapi penjaga hati tidak akan pernah terganti. Benar kan? :)
Kita pernah membicarakan ini di hari dimana kita putuskan untuk menjalani sebuah hubungan, aku tidak akan bertanya tentang masa lalu mu, dan kamu pun begitu. Biarlah mereka tetap dibelakang letaknya, bukan disisi apalagi didepan. Karna, kamu lah sekarang yang ada di sisi ku.
Sayang, yakin kan aku atas genggaman erat tangan mu bahwa memang kamu lah yang datang untuk melengkapi semua celah dalam hidupku. Yakin kan aku atas dekap erat mu bahwa memang kamu lah yang mampu menenangkan ku. Yakin kan aku atas tatapan lekat itu bahwa memang hanya dengan kamu aku mampu melihat. Yakin kan aku walaupun dunia berputar cinta kamu tidak akan memudar.
Sayang, terlalu dini bukan ketika aku mengharapkan kamu lah yang menjadi masa depan ku? Tapi, bukan kah setiap pengharapan adalah doa? Aku harap, kamu lah yang kelak menjadi imam ku. Dan aku lah yang kelak menjadi ibu dari anak- anak kita nanti. Aku harap ketika kamu membaca tulisan ini, kamu meng amini setiap pengharapan ku dalam hati. Sama hal nya ketika kamu membicarakan masa depan aku hanya tersenyum dan meng amininya.